Sistem Penentuan
Harga Pokok Variabel
Biaya variabel adalah Biaya produksi yang jumlahnya berubah
sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Jika produksi sedikit,
biaya variabel sedikit dan sebaliknya.. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan mentah, upah tenaga produksi, bahan pembantu.
Besarnya biaya variabel total (TVC), jumlah seluruh biaya variabel
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk. Untuk
menghitung besar variabel total dapat menggunakan rumus berikut :
Keterangan:
TVC = Biaya variabel total
TVC = Biaya variabel total
VC = Biaya variabel per unit
Q = Jumlah produksi.
TVC = VC x Q
Contoh :
Suatu produksi dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit
Rp. 2.000,00. Berapakah biaya variabel total ?
Jawab :
Diketahui VC = 2.000,00 dan Q = 400 unit
TVC = VC x Q = 2.000 x 400 = 800.000
TVC = VC x Q = 2.000 x 400 = 800.000
B. Metode Penentuan Variabilitas Biaya:
a. Metode biaya berjaga (stand by cost method)
b. Metode taksiran langsung (Direct estimate method)
c. Metode titik tertinggi titik terendah (high and low Point method)
d. Metode matematis
e. Metode Korelasi (correlation method) Metode ini digunakan dengan
melihat hubungan antara biaya dengan tk kegiatan (output) dimasa lalu
f. Metode grafis
C. Gambaran Umum Perhitungan Biaya Variabel
Laba rugi kontribusi dan analisis biaya-volume-laba merupakan alat
Bantu yang berguna. Kedua alat bantu ini menekankan pada perilaku biaya dan
mengharuskan manajer secara hati-hati membedakan biaya variabel dan biaya
tetap. Perhitungan biaya penyerapan, yang telah didiskusikan dalam Bab 2 dan
bab 3, membebankan biaya variabel dan biaya tetap ke produk menggabungkan
dengan suatu cara yang menyulitkan manajer untuk membedakannya. Sebaliknya,
perhitungan biaya variabel berfokus pada perilaku biaya secara jelas membedakan
biaya tetap dan biaya variabel. Salah satu keunggulan perhitungan biaya
variabel adalah keharmonisannya dengan pendekatan kontribusi dan konsep
biaya-volume-laba yang didiskusikan pada bab sebelumnya.
D. Perhitungan Biaya Variabel
Dengan menggunakan perhitungan biaya variabel (variable costing),
hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlukan
sebagai biaya produk.termasuk didalamnya adalah biaya langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap tidak
diperlakukan sebagai biaya produk dalam metode ini. Sebaliknya, biaya overhead
diperlakukan sebagai biaya periodic, seperti beban administrasi dan penjualan,
beban tersebut dibebankan secara utuh ke dalam pendapatan setiap periodenya.
Konsekuensinya, biaya per unit produk dalam persediaan atau dalam harga pokok
penjualan dalam metode perhitungan biaya variabel tidak mengandung elemen biaya
overhead tetap. Perhitungan biaya variabel sering disebut sebagai perhitungan
biaya langsung (direct costing) atau perhitungan biaya marginal (marginal
costing).
Beban ini tidak pernah diperlakukan sebagai biaya produk dalam
perhiyungan kedua metode perhitungan biaya. Jadi, baik dengan pendekatan
variable, beban penjualan dan administrasi variabel dan tetap selalu
diperlakukan sebagai biaya periodik dan dikurangi dari pendapatan yang diperoleh.
E. Perhitungan Biaya Per Unit
Untuk mengilustrasikan perhitungan biaya per unit dengan menggunakan
perhitungan biaya variabel, perhatikan EB Company, perusahaan kecil
yang memproduksi satu produkdan memiliki struktur biaya seperti berikut:
Jumlah yang diproduksi setiap tahun…………………. 6000
Biaya variabel per unit:
Bahan baku langsung…………………………………. $2
Tenaga kerja langsung ……………………………….. $4
Overhead pabrik variabel………………………………. $1
Beban penjualan dan administrasi variabel…………. $3
Biaya tetap per tahun:
Overhead pabrik tetap…………………………………. $30.000
Beban penjualan dan administrasi tetap………………$10.000
|
Diminta:
1. Hitunglah biaya
produk per unit dengan perhitungan biaya variabel.
Solusi
Total biaya produksi variabel………………………………….. 7
Overhead pabrik tetap ($30.000/6.000 unit produk)………… 5
Biaya produk per unit…………………………………………. $12
Perhitungan biaya variabel
Bahan baku langsung…………………………………………… $2
Tenaga kerja langsung…………………………………………. 4
Overhead pabrik variabel………………………………………. 1
Biaya produk per unit……………………………………………. $7
(overhead pabrik tetap $30.000 akan diperhitungkan secara total
sebagai beban periodic bersama dengan beban dan administrasi akan mengurangi
pendapatan.)
|
Dengan menggunakan metode perhitungan biaya variabel, perhatikan bahwa
hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dalam biaya produk. Jadi, jika
perusahaan menjual satu unit produk dan menggunakan perhitungan biaya variabel,
$7 akan dikurangi sebagai harga pokok penjualan dan unit tidak terjual akan
dimasukkan dalam akun persediaan dalam neraca dengan biaya hanya $7 per unit.
F. Kalkulasi Biaya Variabel
Kalkulasi biaya variabel adalah bentuk perhitungan harga pokok yang
ingin menentukan biaya variabelnya saja dari satuan produk. Kalkulasi ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Direct Costing
Administrasi biaya dapat dirancang sedemikian rupa, sehingga biaya
variabelnya secara periodik dengan sendirinya akan tersedia. Dalam sistem direct
costing yang murni, administrasi biaya dirancang sedemikian rupa,
sehingga hanya biaya variabelnya saja yang dialokasikan per satuan produk.
Biaya tetap seluruhnya dibawa ke perincian rugi/laba
b. Kombinasi Direct Costing dengan Kalkulasi Integral (Kalkulasi Harga
Pokok Standard)
Ini merupakan sistem administrasi biaya yang secara periodik dapat
memberikan baik biaya variabel maupun biaya integralnya.
Contoh 1:
Pertama-tama kita ambil seorang produsen yang mempunyai kedudukan
monopoli, yaitu dia adalah produsen tunggal dalam produknya yang bersangkutan.
Produsen ini dapat menentukan sendiri harga jual dari produknya. Dia mengetahui
bahwa kalau dia ingin menjual lebih banyak, dia harus menurunkan harganya.
Andaikan bahwa berdasarkan penelitian pasar, dia memperoleh gambaran
sebagai berikut mengenai jumlah-jumlah yang dapat dijual pada harga yang
berbeda-beda.
Jika biaya variabelnya per produk adalah Rp 4.000,- dan variabelnya
adalah proporsional. Produsen ini akan memperoleh laba yang terbesar pada harga
penjualan Rp 9.000,-. Jumlah yang dapat dijual dengan harga ini adalah 250.000
buah
Pertanyaan : Mengapa harga Rp 9.000,- memberikan
laba yang terbesar?
Jawab :
Karena pada harga tersebut jarak antara O dan V maksimal. Dengan kata lain, selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel adalah yang terbesar. Selisih ini, atau jumlah laba kotor berjumlah Rp. 2.250.000.000,- – Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 1.250.000.000,- Pada titik itu laba bersihnya juga maksimal (atau dalam hal rugi, kerugiannya minimal). Karena laba bersih ini sama dengan laba kotor dikurangi dengan biaya tetap, yang per definisinya merupakan jumlah yang tetap. Di dalam gambar, biayanya adalah Rp. 500.000.000,- per tahun. Laba bersih seluruhnya Rp. 750.000.000,-.
Karena pada harga tersebut jarak antara O dan V maksimal. Dengan kata lain, selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel adalah yang terbesar. Selisih ini, atau jumlah laba kotor berjumlah Rp. 2.250.000.000,- – Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 1.250.000.000,- Pada titik itu laba bersihnya juga maksimal (atau dalam hal rugi, kerugiannya minimal). Karena laba bersih ini sama dengan laba kotor dikurangi dengan biaya tetap, yang per definisinya merupakan jumlah yang tetap. Di dalam gambar, biayanya adalah Rp. 500.000.000,- per tahun. Laba bersih seluruhnya Rp. 750.000.000,-.
Tingginya biaya tetap tidak berpengaruh pada kedudukan laba maksimal.
Apakah kedudukan ini lebih tinggi atau lebih rendah, garis K akan bergerak
sejajar dengan garisnya sendiri (dan dengan garis V). O dan V memberi selisih
terbesar pada 250.000.
Untuk menentukan laba yang maksimal, produsen tidak membutuhkan
pengetahuan mengenai biaya tetap, baik dalam jumlah seluruhnya maupun yang per
satuan produk. Dia cukup membuat kalkulasi biaya variabelnya saja.
Harga jual Rp. 9.000,- memang memberikan laba yang maksimal untuk
tahun mendatang, tetapi produsen bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah
harga jual ini untuk jangka panjangnya juga yang optimal. Dia juga berpikir
apakah harga ini tidak terlampau tinggi, sehingga memancing produsen lainnya
untuk memproduksi barang yang sama. Untuk menilainya, sang produsen
dapat memakai perhitungan harga pokok standard atau harga pokok integral. Hasilnya
dapat meredamnya dalam hasratnya untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya,
sehingga harga bisa dipasang di bawah Rp. 9.000,-. Perhitungan harga pokok
variabel dan perhitungan pokok integral dapat saling mengisi.
Contoh 2:
Contoh kedua ini berkenaan dengan produsen yang bekerja di dalam
bentuk pasar dengan perfect competition. Ini berarti bahwa terdapat
banyak sekali produsen yang membuat barang yang sama. Harga jualnya ditentukan
sepenuhnya oleh pasar. Produsen individual tidak dapat mengubahnya, karena
pengaruhnya praktis nihil. Karenanya, dia harus menerima harga ini sebagai
kenyataan.
Jika harga pasar ini pada satu ketika Rp. 6.000,-. Kalau kurva
biayanya sama dengan kurva biaya dari monopolis di dalam contoh pertama tadi,
dia akan memproduksi dan menjual semaksimal mungkin sebatas kapasitas
pabriknya. Harga jualnya lebih tinggi dari biaya variabelnya, sehingga untuk
setiap produk yang melebihi memberikan laba yang lebih kepadanya. Kalau
kapasitasnya 400.000 buah per tahun, dia akan menjual 400.000 buah dengan harga
Rp. 6.000,- atau seluruh hasil penjualannya Rp. 2.400.000.000,-. Laba bersihnya
berjumlah Rp. 2.400.000.000 – Rp. 1.600.000.000 – Rp. 500.000.000 = Rp.
300.000.000,-
Dari contoh kedua ini juga menjadi jelas, bahwa kalau harga jual lebih
rendah dari biaya variabel, produsen lebih baik tidak berproduksi dan tidak
menjual sama sekali, karena kerugiannya terkecil.
Kita menyebut gambar 2, grafik break even, karena di sana
ditunjukkan hubungan antara kesibukan perusahaan, biaya, hasil penjualan dan
laba bersih. Grafik ini terutama memberitahukan pada volume penjualan yang
berapakah hasil penjualan dengan jumlah biaya seluruhnya sama besarnya. Omset
ini disebut omset break even. Letaknya dapat ditentukan sebagai berikut:
Jumlah hasil penjualan = jumlah biaya
B x p = B x v + C
B x (p-v) = C
Keterangan:
B : omset break even
B : omset break even
T : jumlah biaya tetap
h : harga jual
v : biaya variabel per satuan produk.
Ternyata B adalah jumlah omset, di mana total laba kotor atau B x
(h-v) adalah jumlah omset yang pas untuk menutup biaya tetapnya. Dalam contoh
ini B = 250.000 buah
Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat kita
simpulkan bahwa, penentuan harga pokok variabel sendiri dapat diartikan sebagai
:
Ø Suatu konsep
penentuan harga pokok yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai
elemen harga pokok produk,
Ø Biaya produksi
tetap dianggap sebagai biaya-biaya periode (periode cost) uang langsung
dibebankan kepada rugi laba periode terjadinya dan tidak diperlakukannya
sebagai biaya produksi.
Dan bertujuan untuk membantu
manajemen mengetahui batas kontribusi (contribution margin) untuk perencanaan
laba melalui analisa hubungan biaya volume laba untuk pengambilan keputusan
jangka pendek, memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi
operasional yang sedang berjalan serta
menetapkan penilaian dan pertanggungjabawab kepada departemen atau divisi
tertentu didalam perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hai, Bagaimana menurutmu? Ada komentar?